
FKPT Sulbar Gandeng RRI Edukasi Bahaya Radikalisme
FKPT Sulbar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Sulawesi Barat menggandeng Radio Republik Indonesia (RRI) Mamuju untuk mengedukasi masyarakat mengenai bahaya radikalisme dan intoleransi. Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik melalui media siar yang menjangkau berbagai lapisan masyarakat, khususnya di daerah-daerah terpencil.
Kolaborasi Strategis Cegah Radikalisme
Kerja sama ini dianggap sebagai langkah strategis dalam mencegah penyebaran paham radikal di tengah masyarakat. Ketua FKPT Sulbar, Dr. H. Suardi Saleh, menjelaskan bahwa media massa memiliki peran sentral dalam membentuk opini publik. Oleh karena itu, menggandeng RRI menjadi pilihan tepat untuk menyampaikan pesan-pesan damai dan moderat secara berkelanjutan.
“Melalui siaran RRI, kami ingin menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama,” ungkapnya.
RRI Siap Menjadi Corong Edukasi Publik
Sementara itu, Kepala RRI Mamuju, Erna Yuliana, menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, RRI sebagai media publik memiliki kewajiban untuk mendukung upaya-upaya pencegahan radikalisme. Ia menegaskan bahwa pihaknya siap menyediakan ruang siar yang edukatif dan membangun.
“RRI sangat terbuka untuk konten-konten yang mendorong perdamaian dan kebhinekaan. Kami percaya edukasi melalui media dapat mengubah cara pandang masyarakat terhadap isu radikalisme,” jelas Erna.
Edukasi Mengarah ke Kelompok Rentan
Selanjutnya, FKPT Sulbar menyebut bahwa edukasi akan difokuskan pada kelompok-kelompok rentan, seperti pelajar, mahasiswa, dan masyarakat desa. Mereka dinilai sebagai target utama penyebaran paham radikal karena minimnya akses informasi dan literasi digital.
Untuk itu, program siaran bersama ini akan dikemas dalam format yang ringan dan mudah dipahami, mulai dari dialog interaktif, cerita inspiratif, hingga kuis bertema kebangsaan.
Langkah Preventif yang Berkelanjutan
Sebagai penutup, FKPT Sulbar berharap kerja sama ini menjadi langkah awal yang berkelanjutan dalam membangun ketahanan masyarakat terhadap paham-paham ekstrem. Mereka juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pencegahan, baik melalui pendidikan, budaya, maupun media.
“Ini bukan pekerjaan singkat, tapi kerja panjang yang harus terus dilakukan secara konsisten,” pungkas Suardi.