Bupati Malinau Tanggapi Penanganan Giram Sungai Bahau

Bupati Malinau, Wempi W Mawa, memberikan respon terkait keluhan masyarakat mengenai kondisi Giram Sungai Bahau yang terus mengalami kerusakan akibat abrasi dan sedimentasi yang tinggi. Sungai tersebut merupakan jalur vital bagi masyarakat di wilayah perbatasan yang mengandalkan transportasi air sebagai sarana utama mobilitas dan pengangkutan logistik.

Kondisi Sungai Makin Memprihatinkan

Menurut laporan warga, debit air Sungai Bahau sering mengalami fluktuasi ekstrem. Selain itu, beberapa bagian alur sungai mulai menyempit karena tertimbun material longsor dan sedimen. Hal ini menyebabkan kapal-kapal tradisional sulit melintas, terutama saat musim kemarau.

“Kami kesulitan mengangkut hasil kebun dan bahan pangan dari desa ke pusat kecamatan karena alur sungai tertutup lumpur,” ujar seorang warga Desa Long Alango.

Bupati: Penanganan Akan Dikoordinasikan

Menanggapi hal tersebut, Bupati Wempi menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten tidak tinggal diam. Ia mengatakan bahwa pihaknya telah mengusulkan penanganan sungai Bahau melalui dana DAK dan bantuan pemerintah pusat. Pemerintah juga akan berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan.

“Kami sudah mengusulkan normalisasi sungai dan pembangunan tanggul di beberapa titik rawan. Harapannya bisa segera direalisasikan dalam waktu dekat,” ujar Bupati.

Selain itu, ia menegaskan pentingnya pelibatan masyarakat dalam menjaga ekosistem sungai, seperti tidak membuang limbah sembarangan dan melakukan reboisasi di daerah tangkapan air.

Solusi Jangka Pendek dan Panjang

Untuk jangka pendek, Pemkab Malinau berencana mengirim alat berat guna membuka kembali alur sungai yang tertutup. Sementara itu, untuk solusi jangka panjang, pemerintah akan menyiapkan studi kelayakan dan desain teknis normalisasi sungai yang komprehensif.

“Ini bukan persoalan satu-dua hari. Maka perlu penanganan terencana, berkelanjutan, dan melibatkan semua pihak,” tambahnya.

Dukungan dari DPRD dan Masyarakat

Ketua DPRD Malinau juga mendukung penuh langkah Bupati dalam penanganan Giram Sungai Bahau. Ia berharap pemerintah pusat ikut andil karena wilayah tersebut masuk dalam kategori daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Warga pun menyambut baik perhatian pemerintah, meskipun mereka berharap prosesnya tidak terlalu lama. “Kami senang ada respon cepat, tapi kami harap ini bisa ditindaklanjuti dalam waktu dekat karena ini menyangkut kebutuhan dasar,” kata salah satu tokoh adat setempat.

Dengan koordinasi yang baik antara pemerintah daerah, pusat, dan masyarakat, diharapkan Giram Sungai Bahau bisa kembali berfungsi optimal sebagai jalur transportasi dan penopang kehidupan ekonomi warga perbatasan.