
Pertemuan Prabowo dan Megawati, PSI vs PDIP
Situasi politik nasional kembali memanas setelah pertemuan antara Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden terpilih Prabowo Subianto. Pertemuan yang berlangsung hangat itu justru memicu ketegangan antara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan PDIP. Saling sindir dan kritik terbuka pun terjadi di ruang publik, memperlihatkan keretakan relasi antar partai yang sebelumnya sempat menunjukkan sinyal koalisi.
Pertemuan Prabowo dan Megawati Penuh Simbol Politik
Pertemuan Prabowo dan Megawati yang digelar secara tertutup di kediaman Megawati di Teuku Umar, Jakarta, menuai sorotan luas. Dalam suasana akrab, keduanya tampak berbicara santai, ditemani sejumlah tokoh penting. Banyak pihak menilai momen ini sebagai sinyal merapatnya PDIP ke pemerintahan Prabowo-Gibran setelah Pilpres 2024.
Namun, langkah Megawati tersebut rupanya menimbulkan gejolak, terutama di kalangan partai koalisi pendukung Prabowo. PSI, yang sejak awal menyokong Prabowo-Gibran, merasa perlu memberi tanggapan keras terhadap dinamika baru ini.
PSI Singgung Sikap PDIP Selama Pilpres
Sekjen PSI, Raja Juli Antoni, secara terbuka menyindir manuver PDIP pasca kekalahan Ganjar-Mahfud dalam Pilpres. Ia menilai langkah PDIP yang kini mendekati Prabowo sebagai bentuk inkonsistensi dan manuver politik yang tidak elegan.
“Waktu Pilpres, siapa yang terus menyerang Prabowo? Sekarang datang dengan wajah baru. Ini soal konsistensi dan etika politik,” kata Antoni dalam keterangan persnya.
Pernyataan tersebut memicu respons keras dari kader PDIP yang menilai PSI sebagai partai muda yang terlalu percaya diri dan belum memahami etika komunikasi politik.
PDIP Balas PSI: Belajar Dulu Tata Krama Politik
Merespons sindiran PSI, elite PDIP menyebut PSI perlu banyak belajar mengenai tradisi dan etika dalam politik nasional. Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat, menegaskan bahwa urusan silaturahmi politik tidak semestinya dicampuri oleh partai lain yang belum memahami dinamika ideologis partai besar seperti PDIP.
“Silaturahmi itu hal biasa dalam politik. Tidak elok kalau partai lain ikut menggurui atau menyindir. Belajarlah dulu,” ujar Djarot.
PDIP juga menegaskan bahwa pertemuan Megawati dan Prabowo adalah bentuk kedewasaan politik untuk merajut rekonsiliasi, bukan langkah pragmatis.
Pengamat: Ketegangan Bisa Ganggu Konsolidasi Koalisi
Sejumlah pengamat politik menilai ketegangan antara PSI dan PDIP bisa berdampak pada upaya konsolidasi pemerintahan baru. Jika konflik dibiarkan berlarut, hal ini dapat mempersulit pembentukan kabinet yang solid dan harmonis.
Menurut analis politik dari LIPI, komunikasi antar partai pendukung Prabowo perlu diperkuat agar tidak terjadi gesekan yang berujung pecah kongsi di awal pemerintahan.
Arah Politik Masih Bisa Berubah
Meski saat ini hubungan antar partai tengah memanas, arah politik pasca Pemilu masih sangat dinamis. Tidak tertutup kemungkinan PSI dan PDIP akhirnya bisa duduk satu meja dalam pemerintahan jika komunikasi politik dijembatani dengan baik oleh Prabowo sebagai pemimpin terpilih.
Pemerintahan ke depan dituntut untuk merangkul seluruh kekuatan politik secara inklusif. Baik PSI, PDIP, maupun partai lainnya diharapkan bisa menempatkan kepentingan rakyat di atas rivalitas politik.